IKN, 4 Februari 2024, Tekniksipil.id -Pembangunan Infrastruktur Kawasan Nusantara semakin menunjukkan momentumnya dengan groundbreaking tahap keempat yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo. Salah satu sorotan utama dari proyek ini adalah peletakan batu pertama Masjid Negara Ibu Kota Nusantara senilai Rp940 miliar.
Diharapkan selesai pada akhir 2024, masjid ini akan menampung hingga 61.000 jemaah. Konstruksinya tidak hanya memperhatikan aspek arsitektur, namun juga dilengkapi dengan infrastruktur kawasan, seperti landscape, utilitas, jalan, dan jembatan.
Interior masjid ini, yang dirancang oleh seniman asal Bali, Nyomanuarta, akan menjadi tempat yang nyaman bagi umat Muslim dalam menjalankan aktivitas keagamaan.
Masjid ini bukan hanya sekadar bangunan ibadah, tetapi juga menjadi representasi kemajemukan Indonesia dan sarana untuk memperkuat iman dan takwa kepada Allah. Dikelilingi oleh embung-embung air, masjid ini akan menjadi salah satu landmark di Ibu Kota Nusantara.
Dalam proyek ini, pemerintah juga merencanakan pembangunan tempat ibadah untuk lima agama lainnya, yaitu Kristen Protestan, Kristen Katolik, Konghuchu, Hindu, dan Buddha.
Seluruh kompleks akan disebut “Kawasan Peribadatan Cahaya Batang Haring Nusantara.”
Kompleks ini tidak hanya menonjolkan tempat-tempat ibadah, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti transport hub, danau, dan titian anjangsana yang berfungsi sebagai jembatan kunjungan atau silaturahmi.
Project ini menjadi lebih istimewa karena Presiden Joko Widodo telah melakukan kunjungan ke IKN Nusantara pada bulan Januari lalu untuk meresmikan tahap ketiga pembangunan.
Dalam kunjungannya, beliau menekankan pentingnya pembangunan ini sebagai bentuk kemajuan dan simbol toleransi beragama di Indonesia. Pembangunan ini tidak hanya melibatkan pembangunan masjid, tetapi juga Gereja Katedral, Wihara, Pura, dan Klenteng, semuanya menyatu dalam satu kawasan.
Diharapkan, kompleks peribadatan ini bukan hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga simbol persatuan, toleransi, dan keharmonisan antar umat beragama di Indonesia.
Kita dapat mengamati bagaimana progres pembangunan ini menjadi tonggak sejarah dalam menciptakan ruang dialog dan persaudaraan di tengah keragaman keyakinan dan latar belakang agama.
Semoga, dengan selesainya pembangunan pada tahun 2045, Ibu Kota Nusantara akan menjadi teladan bagi masjid-masjid negara di dunia, menampilkan kekhasan dan toleransi Indonesia.*
Pembangunan Kawasan Peribadatan Cahaya Batang Haring Nusantara bukan hanya soal tempat ibadah, tetapi juga konsep selasar Kaharingan yang menjadi bagian teras dari setiap rumah ibadah.
Konsep ini menciptakan jalur sirkulasi organik sebagai simbol persatuan, menggambarkan bahwa meskipun beragama berbeda, manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Sang Pencipta.
Selain itu, keunikan dari desain Masjid Agung yang mengingatkan pada sorban, serta Mahavihara Buddha yang mirip dengan Candi Borobudur, memberikan sentuhan khas Indonesia pada kompleks ini.
Semua ini menjadi langkah menuju pembentukan kawasan peribadatan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat dialog dan persatuan di antara umat beragama yang beragam.
Semoga perjalanan pembangunan ini terus berlangsung lancar, dan Indonesia dapat terus menjadi contoh dalam mewujudkan toleransi dan kerukunan beragama.