Tekniksipil.id – Jakarta, PT Waskita Karya (Persero) Tbk terus melanjutkan langkah strategis untuk memperkuat fundamental perusahaan, terutama melalui restrukturisasi keuangan yang menjadi fokus utama di tahun 2025 mendatang.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Sebagai salah satu perusahaan konstruksi milik negara, Waskita Karya tengah menghadapi tantangan berat akibat beban utang yang cukup besar, tekanan likuiditas, dan ketatnya persaingan di industri konstruksi nasional. Namun demikian, perusahaan memastikan bahwa proses restrukturisasi keuangan telah berjalan sesuai jalur.
Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, menjelaskan bahwa hingga saat ini persetujuan Master Restructuring Agreement (MRA) 2024 sudah tercapai sesuai target. Ini menjadi salah satu pijakan penting bagi perusahaan untuk melanjutkan agenda pemulihan jangka panjang.
“Selain fokus pada restrukturisasi, kami juga menetapkan beberapa pilar strategi lainnya dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) hingga 2029. Di antaranya adalah pengembangan usaha, peningkatan kualitas SDM, penguatan tata kelola risiko dan kepatuhan (GRC), serta percepatan digitalisasi,” ungkap Ermy dalam pernyataan resminya.
Perbaikan Sistem dan Proses Pengambilan Proyek
Salah satu strategi penting yang diterapkan adalah pembentukan Komite Manajemen Risiko, yang bertugas menilai kelayakan dan risiko dari setiap proyek yang akan ditangani. Tujuannya, agar Waskita tidak lagi sembarangan mengambil proyek yang berisiko tinggi atau tidak menguntungkan.
Selain itu, sistem keuangan perusahaan juga sudah disentralisasi. Jika sebelumnya setiap divisi mengatur keuangannya masing-masing, kini pengelolaan keuangan dilakukan langsung oleh kantor pusat. Dengan langkah ini, pembayaran kepada vendor pun menjadi lebih tertib dan terkontrol.
“Jadi sekarang pembayaran vendor langsung dari pusat, lebih efisien dan terukur,” ujar Ermy.
Selesaikan Utang Rp7 Triliun, Kontribusi Pajak Naik Drastis
Upaya perbaikan finansial ini juga ditandai dengan penyelesaian utang kepada vendor sebesar Rp7 triliun, di mana sekitar 38% merupakan utang yang sudah lewat jatuh tempo. Ermy menegaskan bahwa capaian ini tidak lepas dari transformasi tata kelola yang dijalankan perusahaan selama dua tahun terakhir.
Dari sisi kontribusi kepada negara, Waskita juga mencatat peningkatan signifikan. Pada 2024, perusahaan menyumbang pajak sebesar Rp2,9 triliun, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp1,4 triliun.
“Ini menunjukkan bahwa kami tetap berkontribusi positif kepada negara, meski sedang dalam proses pemulihan,” tambahnya.
Progres Restrukturisasi Obligasi dan Kredit Perbankan
Restrukturisasi juga menyentuh instrumen pembiayaan lainnya. Hingga kini, Waskita Karya telah menyelesaikan restrukturisasi atas tiga dari empat obligasi tanpa jaminan (non-penjaminan) dan menyempurnakan MRA yang sebelumnya disepakati pada 2021.
Sebagai catatan, restrukturisasi tersebut melibatkan persetujuan dari 21 perbankan kreditur dengan nilai outstanding mencapai Rp26,3 triliun. Selain itu, perusahaan juga telah menyepakati perubahan pokok perjanjian Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) dengan lima bank, senilai total Rp5,2 triliun.
Menuju Reposisi Bisnis yang Lebih Sehat
Melalui seluruh langkah ini, Waskita Karya menargetkan bisa membangun kembali fondasi bisnis yang lebih sehat, efisien, dan berkelanjutan. Transformasi menyeluruh dari sisi tata kelola, operasional, hingga struktur keuangan diharapkan bisa mengembalikan kepercayaan pasar dan membuka jalan bagi pertumbuhan yang lebih stabil di masa depan.
Dengan agenda yang terukur dan dukungan semua pihak, Waskita Karya optimistis dapat bangkit dari tekanan dan kembali menjadi pemain utama di sektor konstruksi nasional.